'/> 3 Hadits Wacana Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs), Arti, Penjelasan -->

Info Populer 2022

3 Hadits Wacana Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs), Arti, Penjelasan

3 Hadits Wacana Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs), Arti, Penjelasan
3 Hadits Wacana Kontrol Diri (Mujahadah An-Nafs), Arti, Penjelasan
Macam-macam hadis perihal kontrol diri (mujahadah an nafs). Menyambung pada bahan agama islam yang telah kami sampaikan sebelumnya, ya itu perihal pentingnya kontrol diri dan mengendalikan diri, kali ini kami akan membagikan materi, khususnya pada mata pelajaran PAI yaitu perihal hadis perihal kontrol diri atau mujahadah an nafs.

Pada dasarnya ada dua dasar yang sanggup dipakai sebagai dasar dalam memahami perihal pentingnya kontrol diri, yaitu dasar al quran dan al hadis. Jika anda mencari dasar alquran perihal kontrol diir, silahkan buka : Makna QS Al Anfal : 72 perihal pentingnya kontrol diri.

Untuk kali ini, kami akan membagikan bahan perihal hadis perihal kontrol diri (mujahadah an nafs). Sumber hadis yang membahas kontrol diri ada beberapa, untuk kali ini, akan kami paparkan 3 hadis perihal kontrol diri. Walaupun hanya ada 3 hadis perihal kontrol diri, kami harap cukup untuk menjawaban rasa ingin tau anda perihal kontrol diri, lantaran dalam hadis ini sudah kami kompliti dengan terjemahan dan arti kandungan hadis perihal kotrol diri. Berikut ini kami diberikan klarifikasi satu persatu.


Hadis Pertama perihal Kontrol Diri

Menyambung pada bahan agama islam yang telah kami sampaikan sebelumnya 3 Hadits Tentang Kontrol diri (Mujahadah an-Nafs), Arti, Penjelasan

Makna Kata dalam Hadis
Menyambung pada bahan agama islam yang telah kami sampaikan sebelumnya 3 Hadits Tentang Kontrol diri (Mujahadah an-Nafs), Arti, Penjelasan

Terjemahan Hadis :
Dari Abu Hurairah r.a.: "Rasulullah saw. bersabda: Orang yang berpengaruh bukanlah orang yang (biasa menang) ketika bertarung/bergulat, tetapi orang berpengaruh itu ialah yang (mampu) mengendalikan nafsunya kadab marah." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadis perihal Kontrol Diri.
Setelah membaca terjemahan hadis di atas, ada beberapa arti yang terkandung untu sanggup dipetik sebagai pelajaran bagi kita tiruana.
a. Islam memdiberi pengertian yang berbeda perihal siapa orang yang sanggup didiberi julukan sebagai orang yang berpengaruh atau tangguh. Mereka bukan yang selalu menang ketika bertarung
berkelahi, atau bergulat.

b. Pentingnya kontrol atau mawas diri kadab meniti kehidupan Di dunia ini, kita sadari bahwa banyak godaan dan rintangan yang mengelilingi hidup keseharian kita. Apalagi bagi yang hidup di kota-kota besar yang sering berhimpitan dengan banyak kepentingan yang berbeda-beda.

c. Kemenangan dan keberhasilan hanya sanggup diraih oleh orang orang yang bisa mengendalikan dirinya, meredam hawa nafsunya ketika marah, dan selalu meningkatkan kesabaran ketika ditimpa musibah, masalah, dan murung nestapa

Hadis Kedua perihal Kontrol Diri


إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ

Artinya : “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth meskor Hasan lighairih).

Hadis Ketiga perihal Kontrol Diri

لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
artinya : "Janganlah salah satu diantara kalian mati, kecuali berprasangka baik terhadap Allah." (Muslim)

Melawan Hawa Nafsu

Di dunia ini hanya ada dua jalan, yaitu jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran ialah petunjuk yang diturunkan oleh Allah swt., sementara jalan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan dan nafsu yang terhujam di dalam diri masing masing. Keduanya merupakan musuh insan yang harus diperangi dan dikendalikan. Melawan hawa nafsu berarti mengikuti jalan Allah swt. dengan penuh perhitungan dan kesabaran. Itulah sebabnya setiaporang harus mempunyai kontrol diri yang kuat.

Hawa nafsu berarti kecenderungan insan pada kasus yang disukai dirinya. Orang yang lebih mengikuti impian hati yang jelek atau yang telah diharamkan oleh aturan syariat, itulah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya. Perbuatan ini harus dijauhi lantaran merupakan awal kemakslatan, sumber malapetaka, dan kemungkaran. Orang ang berbuat demikian akan tersesat dari jalan kebenaran dan dikenai siksa di darul abadi kelak. Oleh lantaran itu, hawa nafsu harus dikekang dan dikendalikan, Ingat, hanya dikendalikan, bukan mematikan nafsu. Islam menekankan bahwa nafsu itu bukan untuk dibunuh, melainkan untuk dijaga dan dikendalikan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw yang sangat menekankan jihad batin, artiwi, atau jihad melawan hawa nafsu.

Rasulullah saw. mengingatkan kita untuk meninggalkan satu peperangan, satu perjuangan, atau satu jihad yang kecil menuju sebuah usaha atau jihad yang besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu. Orang yang berperang melawan nafsu, tampak menyerupai duduk duduk saja, tidak menyerupai orang lain yang mungkin bisa dengan bebas beraktivitas atau berekspresi, tetapi bahwasanya ia sedang menciptakan rencana kerja, langkah yang besar, yakni berjihad melawan haw yang bersemayam di dalam dirinya.

Pada hakikatnya, melawan hawa nafsu atau mujähadah an-nafs itu sangat susah. la laksana perang melawan diri, sebuah pertarungan yang tiada henti, dan berlangsung sepanjang ruh bersemayam di tubuh Berbeda dengan perang melawan pihak lain lantaran sasarannya terang dan tampak dengan terang pula pihak yang menang atau sebaliknya yang kalah. Mungkin apabila nafsu itu ada di luar jasad atau sanggup diindra kita akan simpel menekan dan membunuhnya hingga mati, namun nafsu itu ada dalam diri kita dan mengalir bersama aliran darah serta menguasai seluruh tubuh. Karena itu, tanpa azzam (tekad kuat) dan kemauan yang sungguh-sungguh kita niscaya sanggup dikalahkan, bahkan boleh jadi akan dipermainkan atau diperalat sesukanya. Nafsu jahat sanggup dikenal melalui sifat keji dan kotor yang ada pada manusia.

Imam Al-Ghazali membagi hawa nafsu menjadi empat bagian, yaitu:
a. Keserakahan nafsu terhadap harta benda. Bersyukurlah apabila menjadi orang kaya atau jikalau mempunyai kedudukan dan sanggup dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang dan memakmurkan rakyat
b. Nafsu amarah yang akan membutakan hati. Cara terbaik mengendalikannya ialah berusaha selalu bersabar dalam menghadapi kemarahan dan kezaliman orang lain, bersikap lapang dada, suka memaafkan, dan bermurah hati.
c. Kesenangan duniawi mendorong nafsu. Manusia selalu diingatkan supaya tidak terjerumus akan kesenangan duniawi lantaran hal itu akan mendorong nafsu menjadi liar.
Nafsu syahwat. Setan menarik hati insan melalui aneka macam cara antara lain melalui harta, pasangan, dan takhta (kekuasaan). Akibatnya, tidak sedikit insan yang hancur dan rusak kehidupannya lantaran hanya mencari kesenangan dunia semata

Sejalan dengan itu, beberapa prinsip diberikut ini sanggup dijadikan sebagai landasan dalam jihad atau berjuang melawan hawa nafsu menahan atau menyekat sumber kekuatannya, membebankan nafsu itu dengan ibadah, diberibadah semata-mata mengharapkan ridha-Nya melalui memperbanyak amal shaleh, contohnya rajin belajar, mencinta pekerjaan, menebarkan kedamaian untuk tiruana, dan tidak lupa berdoa meminta pemberian Allah swt. untuk mengalahkannya, lantaran doa itu salah satu kunci menuju kesuksesan.

Dapat kita tarik kesimpulan bahwa orang-orang yang sanggup melawan hawa nafsu ialah mereka yang diberiman kepada Allah swt. dan hari akhir. Inilah kekuatan yang ada dalam diri umat Islam Keyakinan dan prinsip tersebut menciptakan kita sebagai umat Islam menjadi golongan yang sanggup untuk menghindari kenikmatan sesaat demi mendapat kebahagiaan jangka panjang yang kekal nan awet, yaitu kebahagiaan akhirat.

Sahabat Rasulullah saw. Abdullah lbnu Abbas r.a. menyampaikan "Orang-orang yang ber-mujahadah untuk melaksanakan ketaatan, maka Allah swt. akan tunjukkan kepada mereka jalan pahala dan keagungan rahmat-Nya.
Advertisement

Iklan Sidebar