'/> Makalah Anutan Syiah (Ilmu Kalam), Pdf Doc Lengkap -->

Info Populer 2022

Makalah Anutan Syiah (Ilmu Kalam), Pdf Doc Lengkap

Makalah Anutan Syiah (Ilmu Kalam), Pdf Doc Lengkap
Makalah Anutan Syiah (Ilmu Kalam), Pdf Doc Lengkap
Kumpulan makalah aliran syiah (ilmu kalam). Pada kesempatan kali ini, referensi kumpulan makalah yang akan kami bagikan yaitu makalah perihal aliran syiah. Seperti yang kita ketahui, bahwa aliran syiah merupakan salah satu aliran ilmu kalam yang harus kita ketahui. Meskipun aliran syiah merupakan aliran yang pro dan kontra, namun sebagai umat muslim kita harus mengetahui perihal apa itu aliran syiah.

Pengetahuan atau materi perihal ilmu syiah akan kita pelajari melalui makalah perihal aliran ilmu syiah yang akan kami bahikan ini. Dalam makalah aliran syiah ini kami buat sedemikian rupa biar sanggup dipakai untuk kiprah mata pelajaran di sekolah atau di kampus. Contoh makalah ini sanggup dijadikan file pdf atau doc yang megampangkan anda untuk mengedit makalah. Tidak lupa, kami juga sertakan link download makalah aliran syiah.

Makalah Aliran Syiah (Ilmu Kalam)

Makalah ilmu kalam perihal syiah ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Bab I Penlampauan yang membahas perihal latar belakang, rumusan kasus dan tujuan, Bab II Pembahasan yang diberisi perihal pembahasan rumusan masalah, dan Bab III yang bersisi saran dan kesimpulan makalah aliran syiah. Tanpa panjang lebar lagi, diberikut ini kumpulan makalah perihal syiah.

Bab I Penlampauan (Makalah Aliran Syiah)

1. Latar Belakang
Sejarah Islam mencatat bahwa hingga kini ini, ada 2 macam aliran besar dalam Islam. Keduanya ialah Ahlussunnah Wal Jamah (Sunni) dan Syi’ah. Tak sanggup dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita saksikan di negara-negara ibarat Irak dan Lebanon.

Terlepas dari hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak harmonis, Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskusi mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam aneka macam kesempatan dan sarana. Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam makalah aliran syiah ini kami akan membahas seputar aliran ilmu kalam syiah yang terdiri dari pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, dan sekte Syi’ah. Semoga makalah sederhana ini sanggup memdiberikan citra yang utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi’ah, yang pada gilirannya sanggup memperkaya wawasan kita sebagai seorang Muslim.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan kasus dalam makala aliran syiah ini antara lain :
a. Apa pengertian aliran syiah?
b. Bagaimana sejarah aliran syiah?
c. Siapakah tokoh-tokoh aliran syiah?
d. Apa saja ajaran-ajaran dan doktrin aliran syiah?
e. Apa saja sekte-sekte aliran syiah?

3. Tujuan 
Berdasarkan rumusan kasus di atas, tujuan makalah aliran syiah ini antara lain :
a. Untuk mengetahui pengertian aliran syiah?
b. Untuk mengetahui sejarah aliran syiah?
c. Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran syiah?
d. Untuk mengetahui ajaran-ajaran dan doktrin aliran syiah?
e. Untuk mengetahui sekte-sekte aliran syiah?

Bab II Pembahasan (Makalah Aliran Syiah)

1. Pengertian Syiah
Syi’ah ialah satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib dan keturunannya ialah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat sesudah Nabi Muhammad saw. Dari segi bahasa, kata Syi’ah berarti pengikut, atau kelompok atau golongan, ibarat yang terdapat dalam surah al-Shâffât ayat 83 yang artinya: “Dan sebenarnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh).

Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau pengikut. Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin pertama ahlul bait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib dalam pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah didiberikan Nabi Muhammad sendiri, kadab ia (Nabi Muhammad) masih hidup.

Syi’ah ialah salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait). Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib (paman Nabi saw) dan ‘Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw) beserta keturunannya.

Perkataan Syi’ah secara harfiah berarti pengikut, partai, kelompok, atau dalam arti yang lebih umum “pendukung”. Sedangkan secara khusus, perkataan “Syi’ah” mengandung pengertian syî’atu ‘Aliyyîn, pengikut atau pendukung ‘Ali bin Abi Thalib.

Kata Syi’ah berdasarkan pengertian bahasa secara umum berarti kekasih, penolong, pengikut, dan lain-lainnya, yang mempunyai arti membela suatu inspirasi atau membela seseorang, ibarat kata hizb (partai) dalam pengertian yang modern. Kata Syi’ah dipakai untuk menjuluki sekelompok umat Islam yang mengasihi ‘Ali bin Abi Thalib karramallâhu wajhah secara khusus, dan sangat fanatik.

Secara lingusitik, Syi’ah ialah pengikut. Seiring dengan bergulirnya masa, secara terminologis Syi’ah hanya dikhususkan untuk orang-orang yang meyakini bahwa hanya Rasulullah saww (shallallâhu ‘alayhi wa âlihi wa sallam—pen.) yang berhak memilih penerus risalah Islam sepeninggalnya.

2. Sejarah Aliran Syiah
Para penulis sejarah Islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya Syi’ah. Sebagian menganggap Syi’ah lahir pribadi sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw, yaitu pada ketika kudeta antara golongan Muhajirin dan Anshar di Balai Pertemuan Saqifah Bani Sa’idah. Pada ketika itu muncul bunyi dari Bani Hasyim dan sejumlah kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi ‘Ali bin Abi Thalib. Sebagian yang lain menganggap Syi’ah lahir pada masa selesai kekhalifahan ‘Utsman bin ‘Affan atau pada masa awal kepemimpinan ‘Ali bin Abi Thalib.

Pendapat yang paling terkenal ialah bahwa Syi’ah lahir sesudah gagalnya negosiasi antara pihak pasukan Khalifah ‘Ali dengan pihak pemberontak Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang lazim disebut sebagai insiden tahkîm atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan ‘Ali memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan ‘Ali. Mereka ini disebut golongan Khawarij. Sebagian besar orang yang tetap setia terhadap khalifah disebut Syî’atu ‘Alî (pengikut ‘Ali).

Pendirian kalangan Syi’ah bahwa ‘Ali bin Abi Thalib ialah imam atau khalifah yang seharusnya berkuasa sesudah wafatnya Nabi Muhammad telah tumbuh semenjak Nabi Muhammad masih hidup, dalam arti bahwa Nabi Muhammad sendirilah yang menetapkannya. Dengan demikian, berdasarkan Syi’ah, inti dari anutan Syi’ah itu sendiri telah ada semenjak zaman Nabi Muhammad saw.

Namun demikian, terlepas dari tiruana pendapat tersebut, yang terperinci ialah bahwa Syi’ah gres muncul ke permukaan sesudah dalam kemelut antara pasukan Mu’awiyah terjadi pula kemelut antara sesama pasukan ‘Ali. Di antara pasukan ‘Ali pun terjadi kontradiksi antara yang tetap setia dan yang membangkang.

3. Tokoh-Tokoh Aliran Syiah
Dalam pertidak seimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh terkenal ibarat ‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh Ahlulbait yang mempunyai imbas dan andil yang besar dalam pengembangan paham Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq. Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya.

Pemikiran Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh, sebab keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara pribadi atau tidak pribadi pernah menimba ilmu darinya. Oleh sebab itu, tidak heran kalau kemudian Syaikh Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang perdebatanal di kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah). Mahmud Syaltut memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh Ja’fari Itsna ‘Asyariyah.

Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dikenal andal di bidang tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah dikenal sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu karya yang ia hasilkan ialah kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan) dalam bidang fiqh. Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.

Selain dua tokoh di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:
a. Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
b. Nashr bin Muhazim
c. Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi
d. Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar
e. Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
f. Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
g. Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
h. Muhammad bin Hamam al-Iskafi
i. Ibn Qawlawaeh al-Qomi
j. Ali bin Babawaeh al-Qomi
k. Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
l. Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini
m. Sayyid Husseyn Fadhlullah
n.  ‘Ali Syari’ati
o. Jalaluddin Rakhmat
p. Hasan Abu Ammar
q. Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba’i
r. Ayatullah Ruhullah Khomeini
s. Murtadha Muthahhari

 referensi kumpulan makalah yang akan kami bagikan yaitu makalah perihal aliran syiah  Makalah Aliran Syiah (Ilmu Kalam), pdf doc Lengkap

4. Ajaran-ajaran Aliran Syiah
Ajaran yang terdapat dalam aliran syiah sebagai belahan dari ilmu kalam terdiri dari 11 ajaran. Berikut ini klarifikasi satu persatu perihal ajaran-ajaran aliran syiah.

A. Ahlulbait.
Secara harfiah ahlulbait berarti keluarga atau kerabat dekat. Dalam sejarah Islam, istilah itu secara khusus dimaksudkan kepada keluarga atau kerabat Nabi Muhammad saw. Ada tiga bentuk pengertian Ahlulbait. Pertama, meliputi istri-istri Nabi Muhammad saw dan seluruh Bani Hasyim. Kedua, hanya Bani Hasyim. Ketiga, terbatas hanya pada Nabi sendiri, ‘Ali, Fathimah, Hasan, Husain, dan imam-imam dari keturunan ‘Ali bin Abi Thalib. Dalam Syi’ah bentuk terakhirlah yang lebih populer.

B.  Al-Bada
Dari segi bahasa, badâ’ berarti tampak. Doktrin al-badâ’ ialah keyakinan bahwa Allah swt bisa mengubah suatu peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya dengan peraturan atau keputusan baru. Menurut Syi’ah, perubahan keputusan Allah itu bukan sebab Allah gres mengetahui suatu maslahat, yang sebelumnya tidak diketahui oleh-Nya (seperti yang sering dianggap oleh aneka macam pihak). Dalam Syi’ah keyakinan semacam ini termasuk kufur. Imam Ja’far al-Shadiq menyatakan, “Barangsiapa yang menyampaikan Allah swt gres mengetahui sesuatu yang tidak diketahui-Nya, dan kesannya Ia menyesal, maka orang itu bagi kami telah kafir kepada Allah swt.” Menurut Syi’ah, perubahan itu sebab adanya maslahat tertentu yang mengakibatkan Allah swt memutuskan suatu kasus sesuai dengan situasi dan kondisi pada zamannya. Misalnya, keputusan Allah mengganti Isma’il as dengan domba, padahal sebelumnya Ia memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih Isma’il as.

C.  Asyura
Asyura berasal dari kata ‘asyarah, yang berarti sepuluh. Maksudnya ialah hari kesepuluh dalam bulan Muharram yang diperingati kaum Syi’ah sebagai hari berkabung umum untuk memperingati wafatnya Imam Husain bin ‘Ali dan keluarganya di tangan pasukan Yazid bin Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 61 H di Karbala, Irak. Pada upacara peringatan asyura tersebut, selain mengenang usaha Husain bin ‘Ali dalam menegakkan kebenaran, orang-orang Syi’ah juga membaca salawat bagi Nabi saw dan keluarganya, mengutuk pelaku pembunuhan terhadap Husain dan keluarganya, serta memperagakan aneka macam agresi (seperti memukul-mukul dada dan mengusung-usung peti mayat) sebagai lambang kesedihan terhadap wafatnya Husain bin ‘Ali. Di Indonesia, upacara asyura juga dilakukan di aneka macam kawasan ibarat di Bengkulu dan Padang Pariaman, Sumatera Barat, dalam bentuk arak-arakan tabut.

D.  Imamah (kepemimpinan).
Imamah ialah keyakinan bahwa sesudah Nabi saw wafat harus ada pemimpin-pemimpin Islam yang melanjutkan misi atau risalah Nabi.[19] Atau, dalam pengertian Ali Syari’ati, ialah kepemimpinan progresif dan revolusioner yang bertentangan dengan rezim-rezim politik lainnya guna membimbing insan serta membangun masyarakat di atas fondasi yang benar dan kuat, yang bakal mengarahkan menuju kesadaran, pertumbuhan, dan kemandirian dalam mengambil keputusan.[20] Dalam Syi’ah, kepemimpinan itu meliputi persoalan-persoalan keagamaan dan kemasyarakatan. Imam bagi mereka ialah pemimpin agama sekaligus pemimpin masyarakat. Pada umumnya, dalam Syi’ah, kecuali Syi’ah Zaidiyah, penentuan imam bukan berdasarkan akad atau pilihan umat, tetapi berdasarkan amanat atau penunjukan oleh imam sebelumnya atau oleh Rasulullah langsung, yang lazim disebut nash.

E.   ‘Ishmah
Dari segi bahasa, ‘ishmah ialah bentuk mashdar dari kata ‘ashama yang berarti memelihara atau menjaga. ‘Ishmah ialah kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk Nabi Muhammad, telah dijamin oleh Allah dari segala bentuk perbuatan salah atau lupa. Ali Syari’ati mendefinisikan ‘ishmah sebagai prinsip yang menyatakan bahwa pemimpin suatu komunitas atau masyarakat—yakni, orang yang memegang kendali nasib di tangannya, orang yang didiberi amanat kepemimpinan oleh orang banyak—mestilah bebas dari kejahatan dan kelemahan.

F.   Mahdawiyah
Berasal dari kata mahdi, yang berarti keyakinan akan datangnya seorang juru selamat pada kiamat yang akan menyelamatkan kehidupan insan di muka bumi ini. Juru selamat itu disebut Imam Mahdi. Dalam Syi’ah, figur Imam Mahdi terperinci sekali. Ia ialah salah seorang dari imam-imam yang mereka yakini. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah, misalnya, mempunyai keyakinan bahwa Muhammad bin Hasan al-Askari (Muhammad al-Muntazhar) ialah Imam Mahdi. Di samping itu, Imam Mahdi ini diyakini masih hidup hingga sekarang, hanya saja insan biasa tidak sanggup menjangkaunya, dan nanti di kiamat ia akan muncul kembali dengan membawa keadilan bagi seluruh masyarakat dunia.

G.  Marja’iyyah atau Wilâyah al-Faqîh
Kata marja’iyyah berasal dari kata marja’ yang artinya tempat kembalinya sesuatu. Sedangkan kata wilâyah al-faqîh terdiri dari dua kata: wilâyah berarti kekuasaan atau kepemimpinan; dan faqîh berarti andal fiqh atau andal aturan Islam. Wilâyah al-faqîh mempunyai arti kekuasaan atau kepemimpinan para fuqaha.

H.  Raj’ah
Kata raj’ah berasal dari kata raja’a yang artinya pulang atau kembali. Raj’ah ialah keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah swt yang paling saleh dan sejumlah hamba Allah yang paling durhaka untuk menerangkan kebesaran dan kekuasaan Allah swt di muka bumi, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi. Sementara Syaikh Abdul Mun’eim al-Nemr mendefinisikan raj’ah sebagai suatu prinsip atau kepercayaan Syi’ah, yang maksudnya ialah bahwa sebagian manusiaakan dihidupkan kembali sesudah mati sebab itulah kehendak dan hikmat Allah, sesudah itu dimatikan kembali. Kemudian di hari kebangkitan kembali bersama makhluk lain seluruhnya. Tujuan dari prinsip Syi’ah ibarat ini ialah untuk memenuhi selera dan harapan memerintah. Lalu kemudian untuk membalas dendam kepada orang-orang yang merebut kepemimpinan ‘Ali.

I.  Taqiyah
Dari segi bahasa, taqiyah berasal dari kata taqiya atau ittaqâ yang artinya takut. Taqiyah ialah perilaku berhati-hati demi menjaga keselamatan jiwa sebab khawatir akan ancaman yang sanggup menimpa dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung perilaku penyembunyian identitas dan ketidakterusterangan. Perilaku taqiyah ini boleh dilakukan, bahkan hukumnya wajib dan merupakan salah satu dasar mazhab Syi’ah.

J. Tawassul
Adalah memohon sesuatu kepada Allah dengan menyebut pribadi atau kedudukan seorang Nabi, imam atau bahkan seorang wali suaya doanya tersebut cepat dikabulkan Allah swt. Dalam Syi’ah, tawassul merupakan salah satu tradisi keagamaan yang susah dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap doa mereka selalu terselip unsur tawassul, tetapi biasanya tawassul dalam Syi’ah terbatas pada pribadi Nabi saw atau imam-imam dari Ahlulbait. Dalam doa-doa mereka selalu dijumpai ungkapan-ungkapan ibarat “Yâ Fâthimah isyfa’î ‘indallâh” (wahai Fathimah, mohonkanlah syafaat bagiku kepada Allah), dsb.

K. Tawallî dan tabarrî.
Kata tawallî berasal dari kata tawallâ fulânan yang artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Adapun tabarrî berasal dari kata tabarra’a ‘an fulân yang artinya melepaskan diri atau menjauhkan diri dari seseorang. Kedua perilaku ini dianut pemeluk-pemeluk Syi’ah berdasarkan beberapa ayat dan hadis yang mereka pahami sebagai perintah untuk tawallî kepada Ahlulbait dan tabarrî dari musuh-musuhnya. Misalnya, hadis Nabi mengenai ‘Ali bin Abi Thalib yang berbunyi: “Barangsiapa yang menganggap saya ini ialah pemimpinnya maka hendaklah ia menimbulkan ‘Ali sebagai pemimpinnya. Ya Allah belalah orang yang membela Ali, binasakanlah orang yang menghina ‘Ali dan lindungilah orang yang melindungi ‘Ali.” (H.R. Ahmad bin Hanbal)

5. Sekte-Sekte Aliran Syiah
Para andal umumnya membagi sekte Syi’ah ke dalam empat golongan besar, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, dan Kaum Ghulat. Golongan Imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Yang terbesar ialah golongan Itsna ‘Asyariyah atau Syi’ah Duabelas. Golongan lainnya ialah golongan Isma’iliyah.

Selain itu terdapat juga pendapat lain. Misalnya dari al-Syahrastani. Beliau membagi Syi’ah ke dalam lima kelompok, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, Ghulat (Syi’ah sesat), dan Isma’iliyah.[34] Sedangkan al-Asy’ari membagi Syi’ah menjadi tiga kelompok besar, yaitu: Syi’ah Ghaliyah, yang terbagi lagi menjadi 15 kelompok; Syi’ah Imamiyah (Rafidhah), yang terbagi menjadi 14 kelompok; dan Syi’ah Zaidiyah, yang terbagi menjadi 6 kelompok.

Joesoef So’uyb dalam bukunya Pertumbuhan dan Perkembangan Aliran-aliran Sekta Syi’ah membagi Syi’ah ke dalam beberapa sekte, yaitu Sekte Imamiyah (yang kemudian pecah menjadi Imamiyyah Sittah dan Itsna ‘Asyariyah), Zaidiyah, Kaisaniyah, Isma’iliyah, Qaramithah, Hasyasyin, dan Fathimiyah.

Sementara itu, Abdul Mun’im al-Hafni dalam Ensiklopedia Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam, mengklasifikasikan Syi’ah secara rinci sebagai diberikut:
a. Al-Ghaliyah: Bayaniyah, Janahiyah, Harbiyah, Mughiriyah, Manshuriyah, Khithabiyah, Mu’ammariyah, Bazighiyah, ‘Umairiyah, Mufadhaliyah, Hululiyah, Syar’iyah, Namiriyah, Saba’iyah, Mufawwidhah, Dzamiyah, Gharabiyah, Hilmaniyah, Muqanna’iyah, Halajiyah, Isma’iliyah.
b. Imamiyah: Qath’iyah, Kaisaniyah, Karbiyah, Rawandiyah, Abu Muslimiyah, Rizamiyah, Harbiyah, Bailaqiyah, Mughiriyah, Husainiyah, Kamiliyah, Muhammadiyah, Baqiriyah, Nawisiyah, Qaramithah, Mubarakiyah, Syamithiyah, ‘Ammariyah (Futhahiyah), Zirariyah (Taimiyah), Waqifiyah (Mamthurah-Musa’iyah-Mufadhdhaliyah), ‘Udzairah, Musawiyah, Hasyimiyah, Yunusiah, Setaniyah.
c. Zaidiyah: Jarudiyah, Sulaimaniyah, Shalihiyah, Batriyah, Na’imiyah, Ya’qubiyah.

Bab III Penutup (Makalah Aliran Syiah)

1. Simpulan
Aliran Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran ini dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti Nabi ialah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Mereka mempunyai doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya perihal Imamah. Mereka beropini bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi pemimpin ialah seseorang yang ma’shum(terhindar dari dosa). Bahkan dalam sekte yang ekstrim yaitu Syi’ah Ghulat, mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap bahwa Ali lebih tinggi daripada Nabi Muhammad SAW.

Dalam perkembangannya, Syi’ah dianggap aliran sesat. Banyak yang menganggap bahwa Syi’ah ialah Islam. Hal ini sangat berbeda sekali, sebab antara Islam dan Syi’ah sangat jauh sekali perihal anutan aqidahnya.

2. Saran
Sangatlah dibutuhkan bagi kita untuk mempelajari Aliran syi’ah ini,karena dengan mencar ilmu aliran ini kita bisa mengetahui seluk beluk dari anutan Syi’ah. Misalnya perihal tokoh-tokoh Syi’ah. Dan biar kita juga bisa mengambil kekurangan dan kelebihan dari aliran Syi’ah.
Advertisement

Iklan Sidebar